Selasa, 01 November 2011

Diare Pada Anak

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare. WHO memperkirakan 4 milyar kasus terjadi di dunia pada tahun 2000 dan 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagian besar anak-anak dibawah umur 5 tahun (Depkes RI 1992). Hal ini sebanding dengan 1 anak meninggal setiap 15 detik atau 20 jumbo jet kecelakaaan setiap hari Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan yang menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan balita, serta sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) (Depkes RI 1992). Berdasarkan profil kesehatan Indonesia 2003, penyakit diare menempati urutan kelima dari 10 penyakit utama pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit dan menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di Rumah Sakit. Berdasarkan data tahun 2003 terlihat bahwa frekuensi kejadian luar biasa (KLB) penyakit diare sebanyak 92 kasus dengan 3865 orang penderita, 113 orang meninggal, dan Case Fatality Rate (CFR) 2,92%. Penyakit diare sering menyerang bayi dan balita, bila tidak diatasi lebih lanjut akan menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian (Setiawan 2007).                                           Salah satu faktor risiko yang sering diteliti adalah faktor lingkungan yang meliputi sarana air bersih (SAB), sanitasi,  jamban,  saluran pembuangan air limbah (SPAL),  kualitas bakterologis air, dan kondisi rumah. Data terakhir menunjukkan bahwa kualitas air minum yang buruk yang disebabkan sanitasi yang buruk yang menyebabkan kontaminasi bakteri E.coli dalam air bersih yang dikonsumsi masyarakat. Bakteri E.coli mengindikasikan adanya pencemaran tinja manusia. Kontaminasi bakteri  E.coli  terjadi pada air tanah yang banyak disedot penduduk di perkotaan, dan sungai yang menjadi sumber air baku di PDAM pun tercemar bakteri ini (Setiawan 2007).

Tujuan
Tujuan dari konsultasi yang dilakukan adalah untuk mempelajari gambaran umum penyakit pencegahan dan penanganan  masalah diare pada anak.

                                                               TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari (WHO 1980).  Berdasarkan mekanismenya, diare dibedakan menjadi dua, yaitu diare akibat gangguan absorbsi dan diare akibat gangguan sekresi. Menurut lamanya, diare dibedakan menjadi diare akut yang berlangsung kurang dari 14 hari dan diare kronik persisten yang berlangsung lebih dari 14 hari secara intermitten (Soebagyo, 2008)
Diare akut disebabkan 90% oleh infeksi bakteri dan parasit sedangkan yang lain dapat disebabkan oleh obat-obatan dan bahan-bahan toksik. Diare ditularkan fekal oral. Faktor penentu terjadinya diare akut sangat dipengaruhi oleh faktor pejamu (host), yaitu faktor yang berkaitan dengan kemampuan pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme dan faktor penyebab (agent), yang berkaitan dengan kemampuan mikroorganisme dalam menyerang sistem pertahanan tubuh host.


Gejala dan Tanda
Apabila frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair yang bersifat mendadak datangnya serta berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu (Setiawan 2007). Sering kali diare disertai kejang perut, terasa haus yang amat sangat, tidak mau makan, badan lesu, dan lemas demam dan muntah (pada orang tertentu).

Etiologi
Penyebab terjadinya Diare pada umunya adalah karena infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, Imunisasi defisiensi dan sebab lainnya yang dipengaruhi oelh beberapa faktor antara lain;  lingkungan, gizi, kependudukan, pendidikan, sosial ekonomi, serta perilaku masyarakat. Diare dapat disebabkan oleh bakteri (Eschericia coli, Vibrio cholera, Shigella dan Entamoeba histolytica),
virus, parasit (jamur, cacing, protozoa), keracunan makanan / minuman yang disebabkan oleh bakteri maupun bahan kimia dan alergi terhadap susu.

    Patofisiologi

Bakteri masuk melalui makanan dan minuman

Sebagian mati dalam lambung, sebagian lolos kedalam duodenum

Bakteri memproduksi enzim mucinase

Mencairkan lapisan lendir usus

Volume cairan dalam lumen usus meningkat

Hiperperistaltik yang menyebabkan cairan keluar


 PEMBAHASAN
PENCEGAHAN DIARE

Tujuan
Tujuan  Pencegahan adalah untuk tercapainya penurunan angka kesakitan

Upaya Kegiatan Pencegahan  daire
Hasil penelitihan terakhir menunjukkan, bahwa cara pencegahan yang benar dan efektif yang dapat dilakukan adalah memberikan ASI, memperbaiki makanan pendamping ASI, menggunakan air bersih yang cukup, mencuci tangan, menggunakan jamban, membuang tinja bayi yang benar, memberikan imunisasi campak.

a).        Pemberian ASI
Asi adalah makanan paling baik untuk bayi . komponen zat makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna diserap secara optimal oleh bayi Asi saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 4-6 bulan, tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini. Asi steril, berbeda dengan sumber susu lain : susu formula atau cairan lain disiapkan dengan air atau bahan-bahan yang terkontaminasi dalam botol yang kotor.  Pemberian Asi saja , tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa menggunakan botol,menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan diare . Keadaan seperti ini disebut disusui secara penuh. Bayi –bayi harus disusui secara penuh sampai mereka berumur 4-6 bulan . Setelah 6 bulan dari kehidupnya ,pemberian ASI harus diteruskan sambil ditambahkan dengan makanan lain (proses menyapih). ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare pada bayi yang baru lahir. Pemberian ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4x lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Flora usus pada bayi-bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri penyabab diare. Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan pertama kehidupan, risiko mendapat diare adalah 30 x lebih besar. Pemberian susu formula merupakan cara lain dari menyusui .Penggunaan botol untuk susu formula, biasanya menyebabkan risiko tinggi terkena diare sehingga mengakibatkan terjadinya gizi buruk. 

b).        Makanan Pendamping ASI 
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Pada masa tersebut merupakan masa yang berbahaya bagi bayi sebab perilaku pemberian makanan pendamping ASI dapat menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya diare ataupun penyakit lain yang menyebabkan kematian. Perilaku pemberian makanan pendamping ASI yang baik meliputi perhatian kapan, apa dan bagaimana makanan pendaping ASI diberikan. Ada beberapa saran yang dapat meningkatkan bara pemberian makanan pendamping ASI yang lebih baik, perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 4-6 bulan tetapi teruskan pemberian ASI. Tambahkan macam makanan sewaktu anak berumur 6 bulan atau lebih.                                                                                             Berikan makanan lebih sering (4x sehari

c)         Menggunakan air bersih yang cukup. 
Sebagian besar kuman infeksi penyebab diare ditularkan melalui jalur fekal-oral mereka dapat ditularkan dengan memasukkan kedalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar.  Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih mempunyai resiko menderita diare lebih kecil dibandingkan dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih. Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan dirumah. Oleh karena itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh keluarga diantaranya; mengambil air dari sumber air yang bersih , ambil dan simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan gayung khusus untuk mengambil air, pelihara atau jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak-anak, gunakan air yang direbus, cuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersih dan cukup  
d).        Mencuci tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. 


PRINSIP TATALAKSANA PENDERITA DIARE

a).  Mencegah terjanya dehidrasi
       Mencegah terjadi nya dehidasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan memberikan minum lebih banyak dengan cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti air tajin, kuah sayur, air sup. Macam cairan yang dapat digunakan akan tergantung pada :  Kebiasaan  setempat dalam mengobati diare, tersedianya cairan sari makanan yang cocok, jangkauan pelayanan kesehatan, tersedianya oralit. biila tidak mungkin memberikan cairan rumah tangga yang diajukan , berikan air matang, mengobati dehidrasi. Bila terjadi dehidrasi (terutama pada anak), penderita harus segera dibawa ke petugas atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang  cepat dan tepat, yaitu dengan oralit. Bila terjadi dehidrasi berat, penderita harus segera diberikan cairan intravena dengan ringer laktat sebelum dilanjutkan terapioral 

b).  Memberi makanan
       Berikan makanan selama diare untuk memberikan gizi pada penderita terutama pada anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Berikan cairan termasuk oralit dan makanan sesuai yang dianjurkan.  Anak yang masih mimun ASI harus lebih sering diberi ASI.   Anak yang minum susu formula diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapat makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna sedikit sedikit tetapi sering. Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan anak. 

c).  Mengobati masalah lain
            Apabila diketemukan penderita diare disertai dengan penyakit lain, maka diberikan pengobatan sesuai indikasi, dengan tetap mengutamakan rehidrasi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari biasanya disertai kejang perut, terasa haus yang amat sangat, tidak mau makan, badan lesu, dan lemas demam dan muntah (pada orang tertentu). Diare dapat dicegah dengan cara memberikan ASI, memperbaiki makanan pendamping ASI, menggunakan air bersih yang cukup, mencuci tangan, menggunakan jamban, membuang tinja bayi yang benar, memberikan imunisasi campak serta dapat ditangani dengan memberikan cairan guna mencegah dehidrasi, memberikan makanan yang mudah dicerna dalam porsi sedikit namun sering diberikan.
Saran
            Bila terjadi dehidrasi berat (terutama pada anak), penderita harus segera dibawa ke petugas atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang  cepat dan tepat, penderita harus segera diberikan cairan intravena dengan ringer laktat sebelum dilanjutkan terapioral. 


DAFTAR PUSTAKA

Soebagyo. 2008. Diare Akut pada Anak. Surakarta: Sebelas Maret University  Press.

Setiawan. 2007. Diare Akut Karena Infeksi dalam Sudoyo, Aru W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. Simadibrata K, Marcellus. Setiati, Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Depkes RI. 1992.        Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT). jakarta

Adisasmito. 2007. Faktor Resiko Diare Pada Bayi dan Balita Di Indonesia. Depok :Universitas Indonesia press